Noktah Kehidupan
Sejenak, coba perhatikan Gambar di bawah ini.
Apa yang Kalian lihat ?
Noktah Kehidupan
Suatu ketika, saya pernah menanyakan hal serupa kepada beberapa teman. Ketika saya tunjukkan gambar di atas, kemudian saya tanya, “Apa yang kamu lihat?”, dengan kompak mereka menjawab, “Titik Hitam!”. Memang, Tidak ada yang salah pada jawaban mereka. Kebanyakan orang pastinya akan terpaku pada titik hitam itu.Walaupun Kecil, titik hitam itu terlihat sangat mencolok, sehingga ia mampu menarik perhatian kita dengan segera. Padahal di sekitar titik hitam itu, ada bidang putih yang lebih besar yang, sayangnya, kurang mendapat perhatian dan apresiasi. Karenanya, cukup wajar kalau mereka melewatkan Bidang Putih itu begitu saja.
Sama halnya ketika kita melihat titik hitam itu, seperti itu jualah cara pandang Manusiaterhadap manusia lain. Seseorang akan cenderung melihat Noktah hitam dari Kehidupan Orang Lain daripada melihat Potensi Kebaikannya. Tidak salah memang, tapi menurut saya cara pandang seperti ini kurang elok. Perhatian yang berlebihan terhadap setitik noktah Hitam dengan mengabaikan Bidang Putih dari Kehidupan seseorang hanya akan menciptakan Kecuriagaan-Kecuriagaan yang akan termanifestasikan dalam laku kehidupan. Kecuriagaan itu pada akhirnya akan menumbuhkan jarak, sehingga interaksi sosial antara satu manusia dengan manusia lain akan terganggu. Padahal, Interaksi adalah Klausul Utama Penciptaan Manusia yang berbhineka ini, seperti yang pernah diungkapkan oleh Allah SWT (Lihat QS 49:13). “Inna Khalaqnakum Min dzakarin wa untsa … li ta’arrafu.” Bahwa, “Sesungguhnya Aku Ciptakan Kalian Manusia … Untuk Saling Mengenal.” Tanpa adanya interaksi, Perkenalan tidak akan terjadi. Akibatnya, Keterasingan akan merajalela dan pola persatuan pun akan terbuang ke sudut-sudut gelap kemanusiaan yang paling Kelam.
Sesat dan Menyesatkan
Jarak, yang tumbuh sebagai implikasi logis dari sebuah Kecurigaan itu, mendorong Manusia untuk memformulasikan Pemahaman-Pemahaman Subyektifnya terhadap Manusia Lain. Ia memaksa Manusia untuk Menginterpretasikan Pola kehidupan orang lain menurut pemahamannya sendiri (Das Ding Fur Mich). Akibatnya, bisa terjadi Kesalahpahaman antar Manusia. Karena, Pemahaman Subyektifnya itu (Das Ding Fur Mich) bisa saja bertentangan dengan kenyataan sebenarnya dari apa yang ia pahami (Das Ding an sich). Salah paham itu sendiri bukanlah perkara kecil. Ia, dengan mudah, bisa memantik sebuah perpecahan hingga mengakibatkan munculnya Pergolakan yang mengerikan.
Begitulah, ada potensi Konflik dari Setitik Noktah Kecil ini. Padahal, Noktah Kecil seperti ini, dalam lingkup kehidupan yang lebih luas, bisa direproduksi oleh satu Kelompok Mayarakat untuk dijadikan Tanda atau Identitasbagi Kelompok Masyarakat Lain. Apabila proses Penandaan ini diafirmasi oleh mayoritas anggota masyarakat, maka mereka akan memiliki kecenderungan dalam memandang Kelompok Masyarakat yang ditandai itu dari tanda yang disematkan padanya, dari noktah yang diteteskan pada bidang putih Kelompok Masyarakat itu. Akibatnya, akan timbul Kecurigaan, akan tumbuh jarak, akan muncul pemahaman-pemahaman subyektif-negatif terhadap Kelompok Masyarakat yang terkena Noktah itu, dan pada akhirnya, kalau jarak ini tidak bisa dijembatani, kalau pemahaman subyektif-negatif ini ternyata bertentangan dengan obyektifitas sehingga menimbulkan salah paham, maka Perpecahanpun akan menyeruak, dan Bharatayudha sesama anak Bangsa bisa saja terjadi.
Terus terang, saya cukup khawatir dengan kemungkinan terjadinya Bharatayudha ini. Karena, Saat ini pola kita dalam memandang sebuah bidang kehidupan adalah terlalu terfokus pada Noktah Hitam yang terlihat mencolok itu. Kita sering mengabaikan, bahkan sengaja abai, dengan Bidang Putih yang sebenarnya mempunyai Proporsi lebih besar dari Noktah hitam yang ada. Karena itu, Apabila suatu ketika ada sekelompok masyarakat, entah itu dengan identitas keagamaan, kesukuan, atau apapun, berusaha menciptakan sebuah Noktah dengan menyemprotkan suatu Noda berupa labelisasi negatif kepada Kelompok Masyarakat yang lain, seperti labelisasi Sesat dan sebagainya, kita akan cenderung melihat Noktah Sesat itu daripada melihat Bidang Putih yang mereka miliki. Padahal, noktah itu sendiri sebenarnya hanyalah hasil reproduksi, bukan noktah asli dari Bidang Putih dari kelompok Masyarakat yang “Dinodai” melalui Labelisasi itu sendiri.
Coba lihat Gambar di bawah ini.
Seperti ketika melihat Gambar pertama, kita cenderung akan terpaku pada Noktah Sesat yag terlalu mencolok itu daripada melihat Bidang Putih yang ada di sekitarnya. Menurut saya Ini bahaya. Karena itu, apabila Labelisasi yang menimbulkan Noktah Hitam ini tidak segera diakhiri, apabila cara pandang kita yang terlalu fokus pada Setitik Noktah tidak dirubah, pada akhirnya Perpecahan dan Pergolakanlah yang akan terjadi. Namun, tidak ada kata terlambat. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya Perpecahan itu, Sekarang, yang kita perlukan hanyalah merubah perspektif, merubah Cara Pandang. Sulit Memang, tapi, sulit bukan berarti tidak mungkin, Bukan?Wallahu a’lam.
0 Response to "Noktah Kehidupan"
Post a Comment