Islam Pamflet
Dalam “The Times They Are a-Changin’ – a Muslim Quest for Justice, Gender
Equality, And Pluralism”, Omid Safi, Direktur Pusat Studi Islam Duke University,
menyampaikan Kritikan yang cukup pedas kepada orang-orang yang dianggapnya
terlalu royal menjajakan berbagai macam Gagasan atau Tafsirannya terhadap
Teks-Teks Islam, entah itu Qur’an ataupun Sunnah Nabi. Sisi negatif dari
orang-orang dengan tipe ini, menurut Safi, adalah bahwa mereka selalu menganggap
hasil tafsirannya itu sebagai Pandangan Resmi Islam dengan cara mempublikasikan
Gagasannya menggunakan judul-judul yang cukup Bombastis, seperti "Status
Perempuan Menurut Ajaran Islam", "Konsep Tuhan Dalam Islam",
atau "Konsep Ibadah Menurut Agama Islam". Judul-judul ini bisa
bertambah semakin banyak apabila jargon-jargon politis semacam "Konsep
Kepemimpinan Dalam Islam", "Jihad menurut Ajaran Islam", “Khilafah
dalam Islam”, atau "Islam Anti ini dan itu", juga ikut ditambahkan. Fenomena
ini, oleh Safi, disebut dengan Istilah Islam Pamflet.
Istilah Islam Pamflet
ini digunakan oleh Safi karena tulisan-tulisan dengan Judul Bombastis tersebut menurutnya
telah terjebak pada Kesesatan Berfikir yang Sangat Serius, atau dalam Bahasa Safi
disebut dengan istilah “Serious Intellectual and Spiritual Fallacy of Thinking”.
Model Kesesatan Berfikir semacam ini dapat digambarkan dengan sebuah kondisi di
mana sebuah Ide/Isu yang sebenarnya begitu Kompleks dan rumit hanya dijelaskan
secara dangkal, ala kadarnya, dan hanya dituangkan dalam beberapa lembar
tulisan (Pamflet) saja. Atau, dalam bahasa yang lebih sederhana, dapat disebut pula
dengan istilah Simplifikasi.
Menurut Safi, Fallacy
of Thinking Jenis ini menunjukkan gambaran nyata dari sebuah Otoritarianisme
dalam Berpendapat. Ketika Seseorang menuangkan hasil tafsirannya mengenai
aspek-aspek tertentu dalam Islam, katakanlah misalnya tentang Perempuan atau
Kepemimpinan dengan cara menuliskannya dalam kalimat seperti, "Islam
Menyuruh Wanita untuk ...", atau, "Islam melarang Memilih Pemimpin
yang ..." atau juga, "Islam mengharuskan Istri untuk ...", tanpa
disadari sesungguhnya ia telah melakukan klaim kebenaran tunggal karena
menisbatkan Pemikiran atau Tafsirannya sendiri sebagai ajaran Islam an sich, bahwa seolah-olah apa yang ia
tulis benar-benar sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Islam, oleh Nabi, atau oleh
Allah. Ketika seseorang sudah memiliki pandangan demikian, Pintu Diskusi
otomatis akan tertutup. Tidak ada lagi celah bagi pemikiran orang lain yang
berbeda. Karena dengan begitu, pemikiran yang berbeda otomatis menjadi
pemikiran yang sesat, menyesatkan dan tertolak.
Selain menunjukkan
sebuah bentuk dari Otoritarianisme dalam berpendapat, Islam pamflet menurut
Safi juga memperlihatkan sebuah Kepengecutan atau Ketidakpercayaan diri akut (Minderwardigheid), karena dengan sengaja
telah menyembunyikan Gagasan dan Pemikirannya mengenai Islam di balik Judul dan
Kalimat Bombastis semacam tadi, Seperti "Islam melarang Muslim untuk
memilih Pemimpin yang blab la bla …". Padahal, kalau mau jujur dan
obyektif, apa yang disebutnya sebagai Larangan dari Islam itu sesungguhnya hanyalah
hasil Tafsirannya terhadap teks-teks Islam yang ia baca, bukan maksud
sebenarnya dari apa yang ia baca itu sendiri. Hasil tafsirannya itu bisa saja
sejalan atau berkebalikan dengan hasil Tafsiran Orang lain.
Untuk menghindarkan
diri agar seseorang tidak terkena Jebakan Islam Pamflet, sebaiknya rasa Rendah
hatinya sebagai Penulis, rasa rendah hatinya sebagai Mufassir, dan
terlebih-lebih Rasa rendah hatinya sebagai Seorang Muslim yang digambarkan dalam
pepatah Arab sebagai makhalul Khatha' wa
an Nisyan atau tempatnya salah dan Lupa, harus selalu diingat-ingat dan dipergunakan
ketika ingin menuangkan hasil gagasan atau Tafsirannya terhadap Teks-Teks Islam.
Dalam bahasa Safi, daripada menggunakan kalimat semacam "Islam melarang
Perempuan untuk ..." atau "Islam Melarang ini dan itu",
sebaiknya seseorang menggunakan kalimat, "Fulan memiliki Pandangan Begini
mengenai Konsep Kepemimpinan dalam islam, sedangkan Fulanah Memiliki pandangan
sebaliknya. Saya sendiri memandang bahwa Kepemimpinan dalam Islam harusnya
seperti ini, dengan landasan ini dan itu..."
Usulan Safi tersebut
seolah menantang para cerdik Cendekia dan para pengasong gagasan keislaman yang
begitu banyak bertebaran di “Dunia Nyata ataupun Dunia Maya”, apakah mereka mau
menjadi seorang Muslim yang Pengecut tapi merasa sok benar seperti yang
digambarkan Safi lewat Istilah islam pamflet, ataukah mereka memilih untuk Menjadi
Muslim yang Rendah Hati, seperti al Imam Muhammad ibn Idris Asy Syafi’i, yang
suatu ketika pernah berkata, “Pendapatku Benar dan Pendapatnya Salah. Tapi,
Pendapatku bisa saja salah dan Pendapatnya Benar.”
Untuk Orang Awam seperti saya dan Anda, Pilihannya juga ada dua, menjadi seorang Muslim yang selalu merasa Benar dengan segala Keawamannya, atau memilih untuk menjadi Muslim yang Rendah hati dengan Terus menerus Belajar dan Membaca.
Pilih mana?
0 Response to "Islam Pamflet"
Post a Comment